Thursday, November 20, 2008

Cherish Every Moment


Taken from 'Cherish Every Moment' by Arvant Pradiansyah

Banyak orang bertanya, “Bagaimanakah cara menikmati hidup yang penuh dengan keindahan?”. Pertanyaan ini sangat menarik dan jawabannya dapat diuraikan panjang lebar. Namun di zaman yang serba instant ini kebanyakan orang tak memiliki cukup waktu untuk mendengarkan. Kita membutuhkan sesuatu yang lebih praktis. Lantas, bisakah kita merumuskan cara menikmati hidup hanya dengan satu kata, atau – paling banyak – satu kalimat?

Tentu saja bisa. Kebahagiaan akan bisa kita dapatkan dengan satu kata kunci: Cherish Every Moment. Kita bisa menikmati hidup kalau kita menghargai setiap momen dalam hidup kita. Setiap momen itu indah. Setiap momen adalah anugrah Tuhan yang tak ternilai harganya. Menghargai setiap momen adalah menikmati setiap tarikan dan helaan napas. Menghargai setiap momen adalah menyatukan badan, pikiran dan jiwa dalam tarian alam semesta.

Menghargai setiap momen nampaknya begitu sederhana. Namun menjalankan hal itu di masa sekarang ini luar biasa sulitnya. Kita sering kali merasa dikejar-kejar waktu. Jumlah pekerjaan yang harus kita selesaikan tidaklah seimbang dengan jumlah waktu yang tersedia. Karena itu kita menyesuaikan diri dengan cara mempercepat tempo kerja kita. Kalau perlu kita melakukan dua atau tiga pekerjaan sekaligus. Bahkan ketika kita sedang melakukan sebuah kegiatan, pikiran kita sudah diisi dengan berbagai kegiatan berikutnya. Motto kita adalah “Faster is Better”.

Cara hidup seperti ini sering membuat kita gagal menikmati sisi-sisi terindah yang disediakan oleh hidup. Kita menjadi mahluk mekanis yang sibuk dengan bergbagai kegiatan. Kita jadi tidak pernah sepenuhnya berada dalam satu momen. Ini membuat kita kehilangan kegembiraan, antusiasme dan spontanitas. Inilah yang disebut ‘hidup yang tidak hidup’.

Seorang spiritualis, John O’Donohue dalam “Spriritual Wisdom from The Celtic World” (1997) mengatakan bahwa untuk bisa menikmati setiap momen yang harus kita lakukan bukanlah meningkatkan kontrol kita terhadap kehidupan. Kita justru perlu mengendurkan diri kita dan melihat keistimewaan pada hal-hal yang biasa.

Menikmati setiap momen akan melahirkan gairah. Robert M. Prisig dalam bukunya Zen and The Art of Motorcycle Maintenance (1974), mengungkapkan bahwa proses memiliki gairah terjadi ketika seseorang berdiam diri cukup lama untuk melihat, mendengar, dan merasakan alam semesta, bukan hanya mengetahui pendapat orang lain mengenai alam semesta itu. Karena itu “Cherish Every Moment” bukanlah teori tetapi sesuatu yang harus kita dialami sendiri. Kita harus bisa menemukan keindahan dari setiap detail kegiatan yang sedang kita lakukan saat ini. Ini berarti kita harus benar-benar masuk ke dalam kegiatan apapun yang sedang kita lakukan, tanpa pikiran untuk mendapatkan sesuatu. Kita perlu melakukan sesuatu karena sesuatu itu sendiri.

Dalam Zen, ini dikenal dengan zazen. Posisi duduk zazen menghasilkan stabilitas dan menempatkan kita kedalam suatu keadaan pikiran yang membebaskan. Bagian utama dari praktik ini adalah bernapas. Untuk memperlembut pikiran, kita hanya perlu duduk, diam dan bernapas.

Tiga Pertanyaan Tolstoy
Leo Tolstoy, seorang pangarang asal Rusia, pernah menulis sebuah cerita mengenai seorang raja yang berusaha menemukan jawaban atas tiga pertanyaan berikut:

Kapankah waktu terbaik untuk melakukan setiap hal?
Siapa orang yang paling penting untuk diajak bekerja sama?
Apa yang paling penting untuk dilakukan?

Pertanyaan ini mungkin sama dengan pertanyaan yang diajukan oleh seseorang yang sibuk dan berjuang untuk meraih berbagai hal. Tetapi jawaban yang diberikan oleh kisah ini tidak persis seperti apa yang diingkan oleh orang:

Waktu yang terbaik adalah sekarang.
Orang yang paling penting adalah orang yang saat ini sedang bersama dengan kita.
Hal yang paling penting untuk dilakukan adalah membuat orang yang paling dekat dengan kita bahagia.

Jadi yang terpenting adalah sekarang. Hidup kita adalah sekarang. Dan kualitas hidup kita sangat ditentukan oleh apa yang dilakukan sekarang. Masa lalu adalah sejarah, masa depan belum tentu dapat kita jumpai. Karena itu satu-satunya yang nyata adalah masa kini. Namun betapa banyaknya orang berada di masa lalu atau bahkan sudah melompat ke masa depan. Orang-orang yang seperti ini akan nampak dari raut wajahnya ketika sedang berkomunikasi dengan kita. Betapa seringnya dalam pergaulan sehari-hari kita menemukan orang yang tidak berada bersama-sama kita padahal ia sedang bercakap-cakap dengan kita.

Orang-orang seperti ini biasanya gagal memberikan kontribusi yang terbaik kepada sesama manusia. Thich Nhat Hanh, seorang spiritualis dari Vietnam mengatakan bahwa kita tidak perlu berpikir untuk memberikan bantuan yang besar bagi kemanusiaan, melainkan cukup berpikir bagaimana sekarang kita bisa membantu, dimana pun kita berada. Karena jika kita tidak bisa membantu mereka yang ada di sekitar kita dan membuat mereka merasa bahagia, kita tidak bisa membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik.

Bagaimana Cara Menikmati Setiap Momen?
Lebih jauh, dalam bukunya “The Miracle of Mindfulness” (1975), Thich Nhat Hanh menyebutkan tiga cara yang perlu kita lakukan agar bisa menikmati setiap momen. Pertama adalah bernapas. Mampu menguasai napas berarti bisa mengendalikan tubuh dan pikiran kita. Ketika kepala kita penuh dengan pikiran, beralihlah ke tubuh kita dan bernapaslah dengan sadar. Ini akan membuat tubuh kita menyatu dengan pikiran. Rasakan napas terasa hingga semakin dalam.

Sebenarnya yang paling dibutuhkan agar kita tetap hidup bukanlah makanan dan minuman, tetapi bernapas. Ini sangat mendasar. Orang yang tahu bagaimana cara bernapas dengan benar akan tetap tenang dalam setiap situasi, serta memiliki kunci untuk terus merevitalisasi tubuh kita.

Kedua, mengamati diri. Kita harus bersikap seperti pengawal istana yang tidak membiarkan setiap pikiran masuk tanpa kita ketahui pasti siapa atau apa mereka. Untuk itu kita perlu mengamati setiap pikiran yang muncul. Jika kita merasa marah, misalnya, maka katakan pada diri sendiri: “suatu perasaan marah baru saja timbul dalam diriku”.

Kita juga perlu menyadari apapun yang sedang kita lakukan. Apapun yang sedang kita lakukan, itu harus menjadi hal yang paling penting bagi kita. Jangan buru-buru untuk menyelesaikannya.

Ketiga, tersenyum. Menurut Nhat Hanh, cara menarik untuk mempertahankan sikap sadar adalah dengan tersenyum di saat kita bangun tidur, dan mempertahankan senyum itu sepanjang hari. Tersenyumlah dalam kondisi apapun, disaat luang kita, ketika kita merasa tersinggung, ketika kita mendengarkan musik. Tersenyum tipis membuat kita tidak larut dalam emosi. Senyum itu justru meningkatkan kita tentang momen yang sedang kita rasakan.

No comments:

paper zone © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!